ARTIKEL

LEBIH SEHAT DAN BAHAGIA DENGAN MEMAAFKAN

Publish By Nazmi Dipatriana, S.Psi, M.Psi, psikolog
Posted On

          Kata “memaafkan” terkadang mudah sekali diucapkan dalam berbagai situasi, pada saat memasuki bulan Ramadhan, hari Raya Idul Fitri, hari 1 Muharram  dan sebagainya. namun bagaimana dengan orang yang memberi maaf. Tak jarang pula sering muncul kalimat “enak saja saya maafkan, sampai  tujuh keturunan juga tidak akan aku maafkan”, “bagaimana bisa ku maafkan kalau ketemu saja dadaku masih terasa sakit” dan sebagainya.



           Padahal manusia sebagai makhluk sosial, tidak pernah lepas berinteraksi dengan orang lain yang selalu membuat pengalaman baru, dapat berupa pengalaman menyenangkan ataupun pengalaman yang tidak menyenangkan yang akhirnya dapat menimbulkan luka tersendiri. Bahkan terkadang ada beberapa orang yang menunjukkan rasa marahnya kepada Tuhan karena menganggap bahwa sejak kecil selalu mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan.



           Pengalaman yang tidak menyenangkan dianalogikan seperti “clurit” oleh Kang Asep Haerul Gani pada saat memberikan pelatihan terkait Forgiveness Therapy. Peristiwa tersebut bisa menjelma dalam berbagai bentuk yang dipicu oleh aneka momen dengan ragam emosi saat itu: marah, dendam, sedih, kecewa, merasa tak berharga, tak dianggap, dan sebagainya. Ketika seseorang belum memaafkan, orang tesebut dianalogikan terluka oleh clurit dan clurit itu masih menempel dibadannya sehingga ketika ia menceritakan peristiwa yang membuatnya sakit hati, orang tersebut hanya menambah luka dan menunjukkannya pada orang lain. Maka dari itu, clurit (luka yang dari peristiwa yang tidak menyenangkan) itu harus pelan-pelan dikenali kemudian di lepaskan (memaafkan).



         Hanya saja terkadang ada beberapa orang bertahan untuk tidak memaafkan karena dengan berbagai asumsi bahwa akan memperoleh simpati dan perhatian dari orang sekitarnya, menunjukkan bahwa secara moral Anda benar dan pelaku salah, memaafkan sama saja menjadi pecundang, memaafkan adalah bentuk dari ketidak mampuan membela hak, memaafkan adalah memberi keuntungan kepada si pelaku dan si pelaku akan berbuat lagi, dan sebagainya. Padahal hakikatnya, orang yang belum memaafkan hanya akan merugikan diri sendiri.



           Apabila seseorang memahami bahwa ada banyak manfaat yang luar biasa bagi dirinya sendiri dibandingkan bagi orang lain, kemungkinan besar mereka akan berusaha memaafkan orang lain. Namun kembali lagi tetap menjadi pilihan orang tersebut apakah memaafkan atau tidak. Adapun manfaat dari memaafkan antara lain meningkatnya kesehatan jiwa raga, tekanan darah menjadi lebih normal, penurunan stress, kemarahan mereda, menurunkan gejala depresi, lebih bersahabat, rasa nyeri akut menurun dan sebagaiya.



Lewis B. Smedes (dalam Latifah , 2021) membagi empat tahap pemberian maaf, yaitu :




  1. Membalut sakit hati. Sakit hati yang dibiarkan berarti merasakan sakit tanpa mengobatinya sehingga lambat laun akan mengrogoti kebahagian dan kententraman. Oleh karena itu, meredakan dan memadamkan kebencian terhadap seseorang yang menyakiti bila dibalut, apalagi ditambah dengan obat, ibaratnya memberi antibiotik untuk mematikan sumber sakit.

  2. Meredakan kebencian. Kebencian adalah respon alami seseorang terhadap sakit hati yang mendalam dan kebencian yang memerlukan penyembuhanKebencian sesungguhnya melukai si pembenci sendiri melebihi orang yang dibenci. Kebencian tidak bisa mengubah apapun  menjadi lebih baik bahkan kebencian akan membuat banyak hal menjadi lebih buruk. Dengan berusaha memahami alasan orang lain menyakiti atau mencari dalih baginya atau instropeksi sehingga ia dapat menerima perlakuan yang menyakitkan maka akan berkurang atau hilanglah kebencian itu. 

  3. Upaya penyembuhan diri sendiri. Seseorang tidak mudah melepaskan kesalahan yang dilakukan orang lain. Akan lebih mudah dengan jalan melepaskan orang itu dari kesalahannya dalam ingatannya. Kalau ia belum bisa melepaskan kesalahan dalam ingatan berarti ia memperbudak diri sendiri dengan masa lalu yang menyakitkan hati. Memaafkan adalah melepaskan orang yang serta berdamai dengan diri sendiri dan orang lain.

  4. Berjalan bersama. Bagi dua orang yang berjalan bersama setelah bermusuhan memerlukan ketulusan. Pihak yang menyakiti harus tulus menyatakan kepada pihak yang disakiti dengan tidak akan menyakiti hati lagi. Pihak yang disakiti perlu percaya bahwa pihak yang meminta maaf menepati janji yang dibuat. Mereka juga harus berjanji untuk  berjalan bersama di masa yang akan datang dan saling membutuhkan satu sama lain.



         Saat ini banyak sekali tulisan mengenai cara untuk memaafkan, seperti selalu berfikir positif, melalui Hipnotherapy dan sebagainya. Berikut adalah beberapa cara memaafkan yang dapat dilakukan secara mandiri (Asep Haerul Gani, 2017):




  1. Meditasi Cinta Kasih



Memulai dengan menutup mata, fokus pada nafas yang masuk dan keluar. Ketika sudah mulai lebih tenang, fokuskan pada satu bagian yang sering mengalami keluhan. Misalkan ubun-ubun dikarenakan sering sakit kepala, maka dapat mengajak komunikasi ubun-ubun dengan mulai menyapa, mengucapkan terima kasih kemudian mohon maaf kepada ubun-ubun. Misalkan dengan kata “Maafkan aku ya ubun-ubun, karena perilakuku kamu menjadi sering sakit kepada”. Selanjutnya menyampaikan kebaikan dan mohonlah dukungan kepada ubun-ubun. Misalkan “Wahai Tuhan, berikanlah kepada ubun-ubun kebaikan, kebahagiaan, kedamaian, kesejahteraan, cinta dan keberlimpahan”, “Wahai ubun-ubun, aku mohon dukungan dari engkau, aku memiliki keinginan untuk mendapatkan … (menyebutkan keinginan)”




  1. Kuasailah pikiran Anda



Pada saat mengalami suatu peristiwa, amatilah pikiran apa yang muncul. Apabila anda mempunyai pemikiran yang dapat memicu perasaan negatif pada diri anda, maka anda bisa langsung mengubah pemikiran tersebut sehingga memicu perasaan netral.




  1. Belajarlah untuk bersikap asertif



Anda merasa tidak nyaman dan berupaya menyampaikan dengan cara-cara yang dapat diterima pelaku dan tetap menghargai pelaku, Dengan cara asertif ini, perasaan-perasaan anda terungkapkan dan pada saat yang sama pelaku menjadi lebih mmahami bahwa tindakannya mengganggu orang lain dan ini membawa kepada pemahaman untuk melakukan perubahan.




  1. Cara Pemaafan radikal




  • Dimulai dengan menuliskan atau menyampaikan cerita sedetil mungkin berkaitan dengan siapa, dimana, kapan, bagaimana dan mengapa itu terjadi. Kemudian menceritakan kondisi apa yang membuat tidak nyaman

  • Menuliskan perasaan atau situasi tersebut, dan mencoba menerimanya. Misalkan “Saya cinta dan menerima persaan saya. Saya bertanggung jawab atas perasaaan saya”

  • Mencoba mumpuhkan ceritanya, “Saya mengijinkan jiwa saya bangkit dari keyakian ini (emosi, marah dan sebagainya), dan saya menginjikan untuk pergi dari diri saya”.

  • Memaknai ulang ceritanya. Di sini anda diminta untuk menemukan persepsi lain dari cerita lama dengan posisi yang lebih kuat, berdasarkan wawasan yang anda peroleh sebelumnya.

  • Melakukan integrasi dengan memaafkan , berserah diri kepada Tuhan. “Sekarang saya pasrah kepada Tuhan. Bahwa situasi ini akan berlaku dengan bimbingan Tuhan, Saya mengambil fitrah, dan saya mengirimkan cinta kepada …. Saya tutup mata untuk merasakan cinta yang mengalir dalam hidup saya”.



          Bilamana anda sudah melakukan cara-cara di atas, dan merasa belum menunjukkan kemajuan maka ingatlah bahwa semua proses pemaafan juga membutuhkan waktu. Seperti halnya yang disampaikan Smedes bahwa semakin parah rasa sakit hati semakin lama pula waktu yang diperlukan untuk memaafkan. Kadang-kadang seseorang melakukannya dengan perlahan-lahan sehingga melewati garis batas tanpa menyadari bahwa dia sudah melewatinya. Proses juga dapat terjadi ketika pihak yang disakiti mencoba mengerti kenapa hal itu terjadi bersama-sama dengan upaya meredakan kemarahan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa proses memaafkan terkadang keberhasilannya tanpa disadari oleh dirinya sendiri namun langsung menunjukkan ada perubahan pada dirinya. Dan apabila Ananda masih merasa kesulitan untuk melakukan proses pemaafaan ini, anda bisa bekonsultasi dengan profesional terkait agar anda lebih sehat dan bahagia dengan memaafkan orang lain.


  ARTIKEL TERBARU

Vaksinasi Covid-19 merupakan salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam menangani masalah Covid- ... Selengkapnya
            Masa anak-anak diisi dengan bermain dan bermain tapi ba ... Selengkapnya
Sejak tanggal 16 Desember 2021, varian Omicron terkonfirmasi masuk ke negara Indonesia dan terdet ... Selengkapnya
Junk food atau makanan cepat saji merupakan makanan yang sering kita jumpai. Mengonsumsi junk foo ... Selengkapnya