ARTIKEL

AYO CEGAH OBESITAS ANAK DAN REMAJA

Publish By dr. Dyah Retno Wulan, SpA
Posted On 18 DECEMBER 2020

           Peningkatan angka kejadian obesitas juga diikuti dengan peningkatan beberapa resiko penyakit degeneratif seperti peningkatan tekanan darah, masalah-masalah pembuluh darah dan jantung, sumbatan jalan napas saat tidur, asma, dan diabetes melitus tipe-2.



            Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda. Artinya, masalah gizi kurang masih belum teratasi sepenuhnya, sementara sudah muncul masalah gizi lebih. Obesitas disebabkan oleh ketidakseimbangan antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis seperti pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan. Jika keadaan ini berlangsung terus menerus (positive energy balance) dalam jangka waktu cukup lama, maka dampaknya adalah terjadinya obesitas. Anak obesitas dapat dilihat dari ciri-ciri fisiknya, yaitu Indeks Masa Tubuh atau BMI (Body Mass Index) dan tinggi yang tidak sesuai usia, perut buncit, dagu yang berlipat, dan leher yang pendek. Pada umumnya, anak perempuan dengan obesitas cenderung lebih cepat mendapat haid, sedangkan anak laki-laki cenderung mempunyai gynocosmastia atau pembesaran payudara.



              Obesitas saat ini semakin banyak ditemui di masyarakat.Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2011, tingkat obesitas di dunia telah meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 1980. Bahkan, hampir 43 juta anak-anak balita mengalami kelebihan berat badan (overweight) pada 2010. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2010, angka overweight dan obesitas pada penduduk usia di atas 18 tahun tercatat sebanyak 27,1%. Prevalensi obesitas pun lebih tinggi di daerah perkotaan dibanding dengan pedesaan, dan lebih tinggi pada kelompok masyarakat berpendidikan lebih tinggi. Sedang berdasarkan jenis kelamin, prevalensi obesitas pada perempuan lebih tinggi (26,9%) dibanding laki-laki (16,3%). Semakin tinggi tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita pun mempunyai kecenderungan semakin tinggi prevalensi obesitasnya. Faktor yang berperan dalam terjadinya obesitas sebagian besar merupakan interaksi antara faktor genetik dengan faktor lingkungan, antara lain aktivitas fisik, sosial ekonomi, dan nutrisi. Perubahan gaya hidup menyebabkan terjadinya perubahan pengetahuan, sikap, perilaku, pola makan serta jumlah makanan yang dikonsumsi.



             Selain itu perubahan gaya hidup juga menurunkan frekuensi dan intensitas aktivitas fisik yang dilakukan. Penurunan aktivitas fisik ini dapat dilihat dari penurunan intensitas olahraga dan permainan yang mempergunakan fisik pada anak digantikan jenis permainan elektronik. Obesitas dapat pula terjadi pada anak dengan riwayat tidak mengkonsumsi air susu ibu (ASI) atau hanya mendapat ASI kurang dari usia 6 bulan. Kelompok anak ini cenderung mengalami kelebihan berat badan saat berusia 4-5 tahun. Hal ini diperparah dengan kebiasaan mengkonsumsi makanan atau jajanan yang kurang sehat dengan kandungan kalori tinggi tanpa disertai konsumsi makanan sumber serat seperti sayur dan buah dengan jumlah yang cukup.



Anak dan Remaja Rentan Obesitas



        Anak yang berusia 5-7 tahun merupakan kelompok yang rentan terhadap gizi lebih dan obesitas. Oleh karena itu, anak dalam rentang usia ini perlu mendapat perhatian dari sudut perubahan pola makan sehari-hari karena makanan yang biasa dikonsumsi sejak masa anak akan membentuk pola kebiasaan makan selanjutnya. Kelompok usia remaja juga merupakan kelompok yang berisiko tinggi karena pola hidup yang tidak sehat. Umumnya penyebab kelebihan berat badan dan obesitas pada masa remaja adalah kurangnya aktifitas fisk dan perubahan pola makan.



           Obesitas pada masa anak-anak (0-18 tahun) perlu diwaspadai, terutama bila obesitas terjadi pada masa remaja. Karena kemungkinan besar dapat berlanjut hingga dewasa. Obesitas memiliki banyak komorbiditas/ komplikasi (risk of obesity-related diseases). Komplikasi ini dapat terjadi pada saat masa anak-anak maupun yang akan timbul saat masa dewasa. Peningkatan angka kejadian obesitas juga diikuti dengan peningkatan beberapa resiko penyakit degeneratif seperti peningkatan tekanan darah, masalahmasalah pembuluh darah dan jantung, sumbatan jalan napas saat tidur (obstructive sleep apnea), asma, sindrom polikistik ovarium, diabetes melitus tipe-2, perlemakan hati, abnormalitas kadar lipid darah (dislipidemia), dan sindrom metabolik. Penyakit-penyakit ini apabila tidak ditangani dengan cepat dan benar dapat mengakibatkan kematian.



Pola Asuh Orang Tua



         Meskipun seringkali obesitas anak dikaitkan dengan faktor keturunan (genetik), tetapi beberapa penelitian menyatakan bahwa pola asuh orang tua yang membentuk perilaku makan anak sangat berpengaruh terhadap terjadinya obesitas pada anak. Sikap orang tua ini dipengaruhi oleh minimnya pengetahuan orang tua terhadap obesitas anak. Dalam satu penelitian yang dilakukan pada anakanak SD di Manado tahun 2010, didapatkan bahwa sebenarnya kesadaran orang tua terhadap masalah obesitas pada anak cukup baik. Namun di sisi lain hasil penelitian menunjukkan pengetahuan orang tua sangat minim tentang obesitas pada anak sehingga sikap positif dari orang tua terhadap masalah obesitas pada anak masih kurang. Menurut penelitian tersebut, ada perbedaan sikap orang tua dalam pola asuh pemberian makan yang berhubungan erat dengan kejadian obesitas anak. Pola asuh pemberian makan paling dominan pada orangtua dari kelompok anak obesitas adalah pengabaian, sedangkan pada kelompok anak non obesitas adalah demokrasi. Anak obesitas cenderung mempunyai perilaku makan emotional overeating dan desire to drink dibandingkan anak non obesitas yang memiliki perilaku makan enjoyment of food dan food responsiveness.



          Menurut penelitian lain yang dilakukan menunujukkan bahwa, hal ini disebabkan adanya proses modeling pada anak terhadap perilaku makan orang tua, perilaku anak bertahan karena ada penguatan dari lingkungan yaitu tidak ada sanksi dan konsekuensi yang diterima oleh anak. Terbatasnya informasi tentang cara pencegahan dan penanggulangan obesitas pada anak menyebabkan tidak banyak yang dapat dilakukan orangtua untuk mengatasi masalah obesitas pada anak. Sebagian besar orang tua merasa bahwa obesitas pada anak adalah masalah tidak serius, sedangkan sebagian yang lain merasa bahwa obesitas pada anak adalah masalah yang serius.



          Tatalaksana Obesitas pada anak masih merupakan masalah dikarenakan oleh penyebabnya (etiologi) yang kompleks dan multi faktor. Penanganan obesitas pada anak lebih sulit dari pada obesitas dewasa, oleh karena lebih disarankan pada tindakan pencegahan. Semakin dini penanganan obesitas pada anak akan memberikan hasil yang lebih baik. Prinsip pengaturan diet pada anak obesitas adalah diet seimbang karena anak masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Diperlukan partisipasi orangtua dalam upaya penanganan obesitas anak dengan membentuk pola asuh yang mendukung.



 


  ARTIKEL TERBARU

Setiap manusia tentu memiliki kisah. Setiap kisah lucu dan menyenangkan seringkali diceritakan se ... Selengkapnya
Vaksinasi Covid-19 merupakan salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam menangani masalah Covid- ... Selengkapnya
Dalam perjalanan pandemi selama hampir 2 tahun, Covid-19 telah mengalami beberapa perkembangan va ... Selengkapnya
Bahan B3 adalah bahan yang berbahaya dan beracun pada makhluk hidup ataupun lingkungan kita. Ruma ... Selengkapnya